ILMU BUDAYA DASAR


Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km.
Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menimbulkan penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah Istimewa Yogyakarta sering dihubungkan dengan Kota Yogyakarta sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walau secara geografis merupakan daerah setingkat provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional, dan internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami beberapa bencana alam besar termasuk bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006, erupsi Gunung Merapi selama Oktober-November 2010, serta erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014.
Budaya Dasar Daerah Istimewa Jogjakarta
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio, dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya, dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu, dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%.
Berikut ini saya akan memaparkan budaya – budaya yang masih melekat erat dan masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat jogja, meliputi           :
1.      Pakaian
2.      Tarian
3.      Lagu
4.      Rumah adat
5.      Upacara adat
6.      Kesenian Tradisional
7.      Cerita rakyat/ Legenda
8.      Senjata Tradisional

       I.            PAKAIAN

A.    Pakaian Adat Tradisional
Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia keberadaan pakaian dianggap sebagai alat atau sarana untuk melindungi tubuh dari sengatan sinar matahari serta unsur pelengkap pada berbagai upacara adat yang mengandang nilai tertentu. Keberadaan pakaian adat tradisional memiliki fungsi yang cukup beragam meliputi fungsi religius, fungsi praktis untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan, fungsi estetis sebagai penghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik, fungsi sosial yang mengandung pembelajaran untuk menjaga kehormatan.

Pakaian Adat Laki-Laki Dewasa
Secara keseluruhan seperangkat pakaian tradisional yang dikenakan laki-laki yogyakarta terdiri atas tutup kepala atau blangkon, surjan, kain batik atau jarik serta alas kaki.

Pakaian Adat Perempuan Dewasa
Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh perempuan lazimnya berupa kebaya dengan tatanan rambut berbentuk sanggul atau konde. Bahan kain yang dipakai untuk pembuatan pakaian adat yogyakarta antara lain berasal dari bahan katun, bahan sutera, kain sunduri, nilon, lurik, atau bahan-bahan estetis. Teknik pembuatannya ada yang ditenun, dirajut, dibatik, dan dicelup. Sementara untuk kebaya sendiri kebanyakan menggunakan bahan beludru, brokat, atau sutera.

Pakaian Adat Anak Laki-Laki
Pakaian tradisional yang diperuntukkan bagi anak laki-laki dikenal dengan nama kencongan. Pakaian ini terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah).

Pakaian Adat Anak Perempuan
Pakaian tradisional yang diperuntukkan bagi anak perempuan dikenal dengan nama sabukwala padintenan. Busana ini terdiri atas nyamping batik bermotif parang, ceplok, atau gringsing, baju katun, ikat pinggang kamus yang dihiasi dengan hiasan bermotif flora atau fauna, memakai lonthong tritik, serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak.

Pakaian Untuk Putri Raja
Dalam kesehariannya busana yang dikenakan untuk putri yang sudah dewasa dikenal dengan nama semekanan, yaitu berupa kain penutup dada panjang yang lebarnya separuh dari lebar kain panjang biasa. Busana ini terdiri dari kain (nyamping) batik, baju kebaya katun, semekan tritik, serta perhiasan berupa subang, gelang, dan cincin. Untuk tatanan rambut dibuat berbentuk sanggul tekuk polos tanpa hiasan. Sedangkan busana harian bagi putri raja yang sudah menikah terdiri atas semekan tritik dengan tengahan, baju kebaya katun, kain batik, sanggul tekuk polos tanpa hiasan, serta dilengkapi dengan penggunaan perhiasannya berupa subang, cincin, serta sapu tangan merah.

Busana Pengantin adat Jogja
Pada dasarnya, untuk riasan pengantin yogyakarta terbagi menjadi 2, yaitu riasan Paes Ageng dan Jogja Putri yang memiliki ciri khas tersendiri. Muncul nya bermacam tata rias serta busana Pengantin gaya Jogjakarta bermula dari lingkungan kehidupan para Priayi yang berarti orang yang berasal dari kerabat Keraton atau lapisan masyarakat yang kedudukan nya terhormat. Fungsi dan tiap corak memang berbeda, namun dewasa ini fungsi tersebut sering tidak dilaksanakan sebagai mana mesti nya.

Corak Pengantin Paes Ageng
Busana ini pada zaman dahulu dikenakan oleh putra dan putri Sri Sultan pada upacara perkawinan di dalam Keraton Ngayogyakarta yaitu pada saat upacara adat Panggih , namun pada perkembangan nya, busana ini saat ini boleh di pergunakan oleh masyarakat umum. Busana Pengantin Paes Ageng terdiri dari kain dodot/kampuh yaitu kain dengan lebar 2 kali dari kain biasa serta dengan panjang kurang lebih 3,5 meter.
Tata Rias Paes Ageng memiliki ciri khas, yaitu di bagian tepi cengkorongan diberi prada(serbuk emas), sanggul yang dikenakan berupa gelung bokor yang terbuat dari irisan daun pandan yang di tutup rangkaian melati. Pada daun telinga diberi sumping daun papaya yang bagian tengahnya di olesi pidih dan prada, namun daun papaya ini bias di ganti dengan sumping dari emas imitasi.

Corak Pengantin Jogja Putri
Busana yang dikenakan adalah sepasang busana Beludru dengan kain pengantin sebagai bawahan nya, seperti motif Sidomukti, Sidoasih, Sidoluhur, Semen Romo,dll
Tata Rias pengantinWanita pada corak Jogja Putri memiliki ciri khas, sanggul cemara, dengan di hias bunga jebehan merah serta perhiasan satu buah cunduk mentul dan gunungan di atas sanggul.

B.     Batik
Batik adalah salah satu kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta. Batik yogya terkenal karena keindahannya, baik corak maupun warnanya. Seni batik sudah ada diturunkan oleh nenek moyang, hingga saat ini banyak sekali tempat-tempat khusus yang menjual batik ini. Perajin batik banyak terdapat di daerah pasar ngasem dan sekitarnya.
Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknikteknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 oktober 2009.
Jenis – jenis Batik


Menurut teknik :
1.     Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan.         Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
2.      Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
3.      Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.



Motif batik Jogja beserta maknanya          :
Jenis Batik Yogyakarta berasal dari warisan budaya pada zaman kerajaan Mataram Kotagede ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma bertahta. Perpecahan yang terjadi pada kerajaan Mataram tahun 1755 membuat kerjaraan ini terbagi menjadi dua yakni Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dan Kasultanan Surakarta Hardiningrat. Busana kerajaan mataram saat itu tersebar di dua kasultanan tersebut. Namun Kasultanan Surakarta akhirnya memutuskan untuk membuat pola batik baru, sehingga semua busana kerajaaan Mataram dipindahkan ke Kasultanan Yogyakarta.

Motif Batik Yogyakarta dan Maknanya
Motif Batik Pamiluto
Motif batik Pamiluto umumnya dipakai ketika melangsungkan upacara pertunangan. Kata Pamilut berasal dari kata Pamilut yang artinya perekat. Makna dari motif batik ini adalah agar pasangan calon pengantin saling terikat sehingga mereka bisa menjaga hubungan dengan baik sampai pada waktu pernikahan tiba.

 Motif Batik Ciptoning
Batik Ciptoning biasa dipakai orang ketika menghadiri acara-acara resmi. Motif batik Ciptong memberikan kesan bijaksana bagi pemakainya, maka tidak heran jika filosofi dari batik Ciptong yakni untuk memberi kesan bijak, sopan dan berwibawa.

Motif Batik Wahyu Tumurun Cantel
Baju batik dengan motif Wahyu Tumurun Cantel merupakan jenis batik yang khsusus dipakai dalam acara tradisi orang Jawa yaitu Temu Manten, atau pertemuan pengantin. Makna dari motif ini adalah agar pengantin baru tersebut senantiasa mendapat anugerah Tuhan dan dikaruniai keturunan yang soleh solehah.

Motif Batik Wahyu Tumurun
Baju batik jenis ini hampir sama dengan motif sebelumnya, hanya saja batik motif ini lebih bersifat umum serta dipakai oleh masyarakat baik acara formal maupun informal. Makna dibalik motif batik yang satu ini juga tidak berbeda jauh yaitu agar pemakainya selalu mendapat anugerah Tuhan yang maha esa.

Motif Batik Udan Liris
Bajua batik motif Udan Liris adalah jenis batik daerah yang juga dikenanan khalayak umum. Filosofi dari batik Udan Liris ialah agar orang yang memakainya terhindar dari mara bahaya dan hal-hal buruk lainnya.

Motif Batik Truntum Sri Kuncoro
Truntum berasal dari bahasa Jawa yang artinya menuntun. Motif Truntum Sri Kuncoro biasa dipakai oleh orang tua pengantin saat acara Temu Manten berlangsung. Makna terkandung dari batik ini adalah agar orang tua bisa menuntun anaknya dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.

Motif Batik Sido Mukti Luhur
Motif Sido Mukti Luhur memiliki kegunaan serta filosofi yang sama dengan motif Soko Rini. Sido Mukti artinya kebahagiaan, dimana makna ini menggambarkan kebahagiaan calon ibu yang hendak dikaruniai anak, selain itu ada juga motif batik Sido Asih Kemoda Sungging, motif Prabu Anom Parang Tuding, Motif Parang Tuding.
    II.         
                     
                      TARIAN




Tari Serimpi merupakan sebuah tarian klasik dari Yogyakarta. Tarian ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang cantik dan anggun. Kata serimpi itu sendiri berarti empat. Namun ada juga Serimpi yang ditarikan oleh lima penari yaitu pada Serimpi Renggowati. Selain berarti empat, istilah serimpi juga dikaitkan dengan kata ‘impi’ yang berarti mimpi. Maksudnya, seseorang yang melihat tarian ini mungkin akan merasa seperti berada di alam mimpi.


Pertunjukkan tarian Serimpi biasanya berlangsung selama ¾ jam sampai 1 jam. Komposisi empat penari mewakili empat mata angin dan empat unsur dunia. Unsur dunia meliputi grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Tari klasik ini awalnya hanya berkembang di Kraton Yogyakarta. Menurut kepercayaan, Serimpi adalah seni yang luhur dan merupakan pusaka Kraton. Dalam tarian ini, tema yang disuguhkan oleh penari sebenarnya sama dengan tari Bedhaya Sanga. Tarian ini menggambarkan pertentangan antara dua hal yaitu antara benar dan salah, nafsu dan akal, dan benar dan salah.
Tari Serimpi diperagakan oleh empat putri yang masing-masing mewakili unsur kehidupan dan arah mata angin. Selain itu, penari ini juga memiliki nama peranannya masing-masing yakni Buncit, Dhada, Gulu, dan Batak. Saat menarikan Serimpi, komposisi penari membentuk segi empat. Bentuk ini bukan tanpa arti, tetapi melambangkan tiang Pendopo yang berbentuk segi empat.
Kemunculan tarian ini konon berasal dari masa Kerajaan Mataram ketika masa pemerintahan Sultan Agung. Tari ini dianggap sangat sakral karena hanya dilakukan di lingkungan Kraton untuk upacara kenegaraan dan peringatan naik tahta sultan. Tahun 1775, Mataram pecah menjadi dua yakni Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Hal ini juga berdampak pada tarian ini. Walaupun inti tariannya masih sama, namun Serimpi di Yogyakarta menjadi Serimpi Dhempel, Genjung, dan Babul Layar. Sementara di Surakarta menjadi Serimpi Bondan dan Anglir Mendung. Walaupun tarian ini sudah ada sejak lama, namun tarian tersebut baru diketahui oleh publik sekitar tahun 70an karena begitu sakralnya tarian ini Kraton.



      I.          KULINER

1. Bakpia

Siapa tak mengenal bakpia? Camilan ini sudah melekat dan identik dengan Yogyakarta. Bakpia merupakan kue yang terbuat dari adonan tepung terigu berisi kacang hijau dan dimasak dengan cara dipanggang.
Bakpia juga erat hubungannya dengan budaya Tionghoa. Dahulu, bakpia diisi dengan daging babi, namun karena pengaruh Islam di Jawa, isi bakpia kemudian diganti dengan kacang hijau yang telah dicincang dan diberi rasa manis dari gula.
Saat ini, bakpia sudah mengalami banyak perkembangan. Berbagai varian rasa pun mulai diciptakan guna menarik perhatian pembeli. Anda bisa membeli bakpia dengan rasa durian, coklat, keju, kumbu hitam dan berbagai varian rasa lainnya. Bakpia dapat dengan mudah Anda temui di kawasan Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo dan berbagai pusat oleh-oleh yang tersebar di Yogyakarta.

2. Yangko
Ini dia kue moci khas Yogyakarta. Yangko memang mirip sekali dengan kue moci, jajanan yang terbuat dari tepung beras ketan ini memiliki tekstur yang kenyal, berisi kacang cincang dan rasanya manis legit persis kue moci. Yangko memiliki penampilan yang sangat menarik, dengan bentuk kotak dan warna-warni cerah serta taburan tepung. Satu kotak yangko umumnya berisi 30 buah dengan rasa yang bervariasi.
Salah satu produsen yangko yang populer di kota Yogyakarta adalah Yangko Pak Prapto. Yangko Pak Prapto juga disebut sebagai yangko generasi pertama karena telah ada sejak tahun 1921. Anda bisa menemukan Yangko Pak Prapto di Jalan Pramuka No. 82, Yogyakarta. Selain di sini, Anda juga bisa menemukan yangko dengan mudah di segala penjuru kota.

3. Geplak
Yogyakarta memang terkenal dengan kulinernya yang bercitarasa manis, termasuk untuk camilannya. Salah satu yang patut Anda coba sekaligus bisa dijadikan oleh-oleh adalah geplak.
Geplak terbuat dari daging kelapa yang diiris tipis dan dimasak dengan campuaran gula. Saat ini, geplak telah dimodifikasi sehingga tersedia dalam berbagai varian rasa dan warna cerah menggoda. Geplak identik dengan rasanya yang sangat manis, bahkan jika Anda meminum teh manis setelah menyantap geplak, teh yang Anda minum akan terasa tawar.

4. Gudeg Kering
Gudeg sebenarnya ada dua jenis, gudeg basah dan gudeg kering. Untuk dibawa pulang ke kota asal, tentunya gudeg kering lebih cocok. Gudeg kering tak banyak berbeda dari gudeg basah, hanya saja proses memasaknya membutuhkan waktu yang lebih lama dan rasanya yang cenderung lebih manis dari gudeg basah. Gudeg kering bisa bertahan sampai 3 hari, untuk penyimpanan lebih baik diletakkan di lemari es.
Salah satu tempat yang menjual gudeg jenis ini adalah Gudeg Yu Djum yang terletak di Jalan Kaliurang 5, Yogyakarta. Di sini, Anda bisa menyantap gudeg di tempat atau memesan paket untuk di bawa pulang. Gudeg yang dibawa pulang biasanya dikemas dalam besek atau kendil, sesuai keinginan Anda.

5. Coklat Monggo
Tak perlu jauh-jauh ke Belgia untuk dapat merasakan sensasi nikmat coklat. Di Yogyakarta, Anda bisa menikmati coklat Yogyakarta dengan cita rasa Belgia, namanya Coklat Monggo.
Coklat Monggo diolah dari biji coklat pilihan yang didapat dari Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pemilik Coklat Monggo ini merupakan pria berkebangsaan Belgia, sehingga ia tahu benar bagaimana cara meracik coklat yang tepat dan menghasilkan rasa yang nikmat khas coklat di negerinya.
Meskipun pemiliknya orang asing, Coklat Monggo tetap membawa unsur budaya Jawa. Hal ini bisa terlihat dari namanya, ‘monggo’, yang dalam bahasa Jawa berarti ‘silakan’. Hal lainnya terlihat dari kemasan coklat yang menampilkan gambar wayang. Selain itu, Coklat Monggo juga sangat ramah lingkungan. Kemasannya terbuat dari kertas daur ulang bersertifikat yang aman untuk kemasan makanan.


                           LAGU
Campursari adalah musik tradisional masyarakat jawa. Musik ini diperkirakan lahir pada dekade "60-an di daerah Jawa Tengah. Musik campursasri dimainkan dengan alat musik gamelan yang terdiri dari: Slenthem, Peking, Kendang, Gong, Bonang/tidak semua bagian, di tambah suling. Untuk melengkapi khasanah musiknya, gamelan tersebut dipadukan dengan alat musik modern seperti: gitar dan keyboard.
            Pada awal kemunculan musik campursari sempat menimbulkan pertentangan dengan pegiat kesenian yang lain. Hal ini dianggap menurunkan citra keagungan kesenian tradisonal jawa yang terkenal dengan kebudayaan keratonnya yang adiluhung.
Musik campursari mulai terkenal seiring meroketnya nama Waldjinah dan Manthous ( Sumanto-red ) pada awal berkembangnya dulu. Manthous yang mengusung bendera CSGK ( Campur Sari Gunung Kidul ) merupakan musisi campursari yang terkenal. Pria yang lahir pada tahun 1950 ini menelurkan sejumlah lagu, namun yang  fenomenal adalah kutut manggung. Sayang karir musiknya meredup setelah dia mengidap stroke.
            Setelah Manthous mulai menurun pamornya, muncul beberapa musisi campursari yang terkenal kemudian. Nama-nama Didi Kempot, Sonny Joss, Cak Diqin sampai penyanyi campursari baru seperti Soimah bergantian menghiasi blantika musik campursari.Perkembangan musik campursari sebagai musik rakyat kecil tak lepas dari pengangkatan tema yang simple dan dekat dengan masyarakat kecil. Karena itu tak jarang Campursari diidentikkan dengan musiknya kaum marjinal/rakyat jelata. Tema yang diangkat untuk lagu campursari mulai dari cinta dan kesedihan, tentang wong cilik, tentang menikmati hidup. Tak heran kenapa musik ini begitu merakyat dan hampir selalu hadir di acara-acara hajatan rakyat biasa.
            Dalam prakteknya musik campursari cenderung menggunakan bahasa sehari-hari untuk bahasa lagunya. Tidak seperti langgam jawa yang menggunakan bahasa kesusatraan jawa, Campursari menggunakan bahasa umum di masyarakat atau istilahnya bahasa pasaran. Sehingga bagi kita yang mendengarkan lagu campursari tidak harus berpikir terlalu dalam untuk mengetahui makna dari lagu tersebut.
            Selain itu lagu campursari banyak sekali mengangkat kisah hidup wong cilik. Kisah bagaimana susahnya rakyat kecil mencari kerjaan, memenuhi hajat hidupnya. Ataupun bagaimana dalam sebuah lagu kita bisa menangkap kesan kesederhanaan yang terpancar di dalamnya seperti contohnya lagu Kuncung yang dinyanyikan Didi Kempot.
            Dalam lirik lagu campursari kadang juga kita temukan kesederhanaan pola pikir dengan bahasa yang gamblang. Semisal syair lagu "aku milih liyane, ora sudi milih kowe, nganggur ora nyambut gawa, paling2 dadi kere” syair lagu ini artinya sangat sederhana, Aku memilih yang lain, gak mau memilih kamu, pengangguran yang tak punya kerjaan. Simple memandang sesuatu banget.
Lagu Campursari juga sering bercerita tentang kisah cinta yang mendayu-dayu. Seperti nampak pada syair lagu sewu kutha " Sewu kutha uwes tak liwati, Sewu ati tak takoki, Nanging kabeh podo ra ngerteni, lungamu nang endi' pirang tahun anggonku nganteni, semono rung bisa nemoni"  yang artinya Seribu kota telah kulewati, Seribu hati telah kutanya, Tapi semua tiada yang tahu, Pergimu ke mana, Entah berapa tahun kumenanti, Sampai sekarang belum bisa menemukan. Sangat sederhana dan gampang mencerna kalimatnya kan.

·        Ciri-ciri campursari
  1. Musik khas daerah Jawa Tengah
  2. Menggunakan alat-alat musik tradisional
  3. Bahasa yang di gunakan bahasa sehari-hari
  4. Nadanya sederhana
  5. Musik campursari mengangkat kisah hidup orang kecil
    V.             
              RUMAH ADAT

Rumah bagi orang Jawa adalah salah satu kebutuhan pokok di samping pangan dan sandang (pakaian). Selama proses mendirikan rumah yaitu mulai dari persiapan, penentuan tempat, pemilihan bahan bangunan, saat pengerjaan harus diseleksi dan diperhitungkan secara teliti. Menurut kepercayaan orang Jawa apabila perhitungan itu meleset bisa mengakibatkan hal-hal yang kurang baik bagi penghuninya.
Lokasi rumah misalnya dicarikan yang letaknya strategis, keadaan tanah baik dan sumber air (misal untuk sumur) cukup baik. Hal ini disebabkan orang Jawa mempunyai kepercayaan ada jenis-jenis tanah yang kurang baik. Bahan bangunan sebisa mungkin dicarikan yang berkualitas baik misal untuk kayu dipakai kayu jati. Kayu inipun dipilih yang membawa pengaruh baik bagi penghuninya, karena ada kayu yang menurut pertumbuhannya apabila dipakai sebagai bahan bangunan tidak baik atau membawa pengaruh buruk. Untuk bambu menggunakan bambu petung, wulung dan apus. Saat pengerjaan pun dicarikan hari baik berdasarkan hitungan Jawa. Hal ini diuraikan cukup jelas dalam buku ini, mulai dari pengerjaan pondasi sampai pemasangan atap. Termasuk juga sesaji dan upacara yang diperlukan. Apabila ada satu atau dua hal yang sebenarnya kurang baik tetapi tidak bisa dihindari (misal kondisi dan lokasi tanah) untuk menghindari hal-hal yang kurang baik orang akan membuat penolak bala terlebih dahulu.
Berdasarkan sejarah perkembangannya bentuk rumah tinggal orang Jawa ada empat macam berdasarkan bentuk atapnya, yaitu
1. Rumah Adat Panggangpe 
Panggang artinya dipanaskan di atas bara api. Sedangkan pe berati dijemur. Rumah panggang Pe merupakan bangunan kecil yang terdiri dari sebuah atap dengan empat buah tiang atau lebih yang di atasnya biasanya dipergunakan untuk menjemur barang-barang.
2. Rumah Adat Kampung
Merupakan rumah dengan denah empat persegi panjang, bertiang empat dengan dua buah atap persegi panjang pada sisi samping atas ditutup dengan tutup keyong. Rumah ini kebanyakan dimiliki oleh orang kampung atau orang jawa menyebutnya desa.
3. Rumah Adat Limasan
Dinamakan Limasan, karena jenis rumah tradisional ini mempunyai denah empat persegi panjang atau berbentuk limas. Rumah bentuk limasan yang sederhana terdiri dari empat buah atap,  terdiri dua buah atap bernama kejen atau cocor serta  dua buah atap bernama bronjong yang  berbentuk jajaran genjang sama kaki. Kejen berbentuk segi tiga sama kaki seperti enam atap keyong, namun memiliki fungsi  yang berbeda. Pada perkembangan selanjutnya rumah limasan diberi penambahan pada sisi-sisinya yang disebut empyak emper atau atap emper.
4. Rumah Adat Joglo
Rumah Joglo yang memakai dua buah pengeret dan dua buah tiang (saka) guru diantara dua buah pengeret. Biasanya dua buah tiang tadi diganti dengan tembok sambungan dari beteng kebanyakan rumah bentuk ini dipakai sebagai regol (gapura).
Susunan ruangan yang terdapat dalam rumah tradisional ini tergantung pada besar kecilnya rumah, fungsi ruangan dan kebutuhan keluarga. "Panggangpe" adalah bentuk rumah dengan susunan ruangan yang paling sederhana sedangkan bentuk "joglo" mempunyai susunan ruangan yang lebih banyak.
Untuk bangunan tempat ibadah (langgar dan masjid) arsitektur tradisionalnya berbentuk "tajug". "Tajug" ini mirip "joglo" hanya atapnya tidak berbentuk " brunjung" seperti atap "joglo" tetapi lancip atau runcing. Jenis "tajug" ada beberapa diantaranya "tajug lawakan", "tajug lambang gantung" dan "tajug mangkurat".
Ragam hias adalah salah satu hal yang tidak terlupakan dalam arsitektur tradisional. Ragam hias tersebut dari yang sederhana sampai yang rumit. Fungsi ragam hias adalah untuk memberi keindahan pada bangunan dan juga prestise bagi pemiliknya. Ada beberapa ragam hias yaitu ragam hias flora (tumbuhan), fauna (binatang), alam serta agama (kepercayaan). Ragam hias flora diantaranya "lung-lungan", "saton" dan "tlacapan". Ragam hias fauna diantaranya "kemamang", "peksi garuda" dan "mirong". Ragam hias alam diantaranya "gunungan", makutha" dan "mega mendhung". Ragam hias agama (kepercayaan) diantaranya "mustaka",dan semacam "kaligrafi". Untuk bahan bambu hiasannya berupa bentuk-bentuk anyaman. 



      I.          UPACARA ADAT 

1. Saparan Bekakak

Upacara adat saparan bekakak merupakan ritual yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.

Ritual yang digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping ini disebut Saparan Bekakak karena dalam pelengkap upacaranya terdapat sepasang pengantin boneka bekakak yang disembelih sebagai simbol persembahan. Yang menarik dalam upacara ini, sepasang pengantin bekakak akan diarak menuju tempat penyembelihan yakni Gunung Gamping dan Gunung Kiling.


2. Tradisi Nguras Enceh
Upacara Nguras Enceh atau mengganti air gentong adalah tradisi yang dilakukan pada setiap sura khususnya pada hari Jumat Kliwon bertempat di kompleks makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul.
Terdapat empat gentong yang akan dikuras dalam acara ini. Keempatnya merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Siam (Thailand) kepadaSultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Kerajaan Mataram saat itu sebagai tanda persahabatan.
Sebelum upacara ini digelar, dilakukan Upacara Ngarak Siwur (Siwur = gayung air dari batok kelapa dengan tangkai bambu) dengan arak-arakan prajurit menuju kompleks makan Raja-raja Imogiri. Setelah itu, upacara nguras Enceh dimulai oleh abdi dalem Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Yang menarik air cidukan dari gentong tersebut selalu diperebutkan warga karena dianggap memiliki tuah tertentu.

3. Tradisi Cupu Panjala
Upacara ini digelar setiap pasaran Kliwon di penghujung musim kemarau pada bulan Ruwah(kalender Jawa) bertempat di Desa Mendak Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.
Masyarakat mempercayai bahwa gambar yang terlihat dalam lapisan kain mori pembungkus cupu merupakan ramalan peristiwa setahun ke depan. Baik itu menyangkut keadaan sosial, perekonomian, lingkungan hidup, bahkan dunia politik.

4. Tedhak Siten
Yaitu upacara menginjak tanah yang pertama kali. Dilakukan bila anak berusia 7,8, atau 9 bulan bila anak sudah mulai berdiri. Perlengkapannya: sajen-sajen, air bunga setaman, handuk, sabun, alat mandi, tangga (ondho) dari pohon tebu, alat-alat tulis, uang, mainan, yang semua ini diletakkan di dalam kurungan (sangkar) yang khusus dan dihias dengan bunga.
Jalannya upacara :
Setelah Sri Sultan hadir, segera upacara di mulai dari do’a kyai pengulu. Selesai do’a, anak beserta emban (Inang Pengasuh) masuk dalam kurungan. Anak dibimbing untuk memilih benda-benda yang ada di dalam kurungan. Bila anak memilih uang, ia dianggap kelak akan menjadi orang kaya. Kemudian sianak dibimbing untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu. Selanjutnya si anak di mandikan dengan air bunga. Setelah selesai, ibu dari si anak menyebar udhik-udhik, yaitu berupa uang logam dan beras kuning.
Terkadang upacara ini dilanjutkan dengan upacara Panggangan, yaitu anak menarik pisang saja dengan jumlah lirang genap bertongkatkan ayam (ingkung) yang disunduk sebagai teken saat berjalan yang pertama.

5. Supitan
Yaitu upacara sunatan, Perlengkapannya antara lain : krobongan (ruang berbentuk segi empat ditutup dengan kain sutra putih yang didalamnya ada sebuah kursi dan sajen-sajen). Pakaian: kepala dengan songkok (bagi putera permaisuri) atau puthut, baju bludiran tanpa lengan, kamus dan timang, kain pradan.
Jalannya upacara :
Setelah segalanya siap, Sri Sultan memerintahkan kepada Narpa Cundhaka (ajudan) untuk memanggil putera yang akan disunat. Dengan dibimbing oleh seorang Pangeran dan beberapa orang pembawa alat perlengkapan yaitu kebut, ode kollonye, sapu tangan, minum dan cengkal perak, ia langsung masuk kedalam krobongan untuk disunat. Namun sebelumnya ia di do’akan terlebih dahulu. Begitu disunat, dihormati dengan bunyi gamelan Kodhok Ngorek. Setelah selesai ia langsung caos bekti (sungkem) kepada Sri Sultan. Setelah sungkem ia kembali ke Kasatriyan untuk beristirahat. Dan upacara selesai.

6. Tetesan
Yaitu upacara sunatan bagi perempuan. Dilaksanakan setelah menempuh usia 8 tahun.
Perlengkapannya antara lain: 2 buah krobongan, sajen-sajen, perlengkapan mandi dan pakaian kebesaran.
Jalannya upacara :
Setelah segala perlengkapan siap, Sri Sultan hadir dan memerintahkan kyai pengulu untuk mendo’akan puteri yang akan disunat. Usai berdo’a, puteri dibopong oleh seorang emban masuk dalam krobongan dan di sunat oleh seorang bidan. Setelah selesai lalu ia dimandikan di krobongan yang lain dengan air bunga serta dirias dengan busana berkain sabuk wala pradan. Selanjutnya ia caos bekti (sungkem) kepada Sri Sultan.

7. Tarapan
Yaitu upacara yang diadakan saat puteri menstruasi pertama.
Perlengkapannya antara lain: krobongan, sajen-sajen, perlengkapan mandi, dan busana.
Jalannya upacara :
Setelah semua siap, Sri Sultan Hadir dan menyuruh kyai pengulu untuk berdo’a. Puteri dimandikan dalam krobongan dengan air bunga. Setelah selesai ia dirias dengan menggunakan pakaian kebesaran berupa pinjungan dengan kain batik pradan. Selanjutnya ia sungkem kepada Sri Sultan, dan upacarapun selesai.
 

VII.            KESENIAN TRADISIONAL
Ada banyak kesenian tradisional di Yogjakarta, Berikut ini beberapa kesenian Yogyakarta yaitu:

1.      WAYANG
Wayang dalam bentuk yang asli merupakan kreasi budaya orang Jawa yang berisi berbagai aspek kebudayaan Jawa. Orang Jawa gemar sekali menonton wayang karena ceritanya berisi pelajaran-pelajaran hidup yang sangat berguna yang dapat dijadikan pedoman dan tuntunan di dalam menjalani hidup di masyarakat, pementasan wayang selalu diiringi dengan musik gamelan.

2.      LANGEN MANDRA WANARA
Langen Mandra Wanara yang merupakan kombinasi antara berbagai jenis tarian, tembang, drama dan irama gamelan adalah salah satu bentuk kesenian tradisional Yogyakarta. Karakteristik tarian ini adalah para penarinya berdiri dengan lutut atau jengkeng sambil berdialog dan menyanyi. Cerita langen mandra wanara diambil dari kisah ramayana dengan lebih banyak menampilkan tokoh kera.

3.      KETOPRAK
Kethoprak adalah kesenian tradisional yang penyajiannya dalam bahasa Jawa ceritanya bermacam-macam berisi dialog tentang sejarah sampai cerita fantasi serta biasanya selalu didahului dengan tembang Jawa. Kostum dan dandanannya disesuaikan dengan adegan dan jalan cerita serta selalu diiringi dengan irama gamelan.

4.      KARAWITAN
Musik gamelan tradisional Jawa yang dimainkan oleh sekelompok Wiyaga dan diiringi oleh nyayian dari Waranggono dan Wiraswara.

5.      JATILAN
Merupakan tarian yang penarinya menggunakan kuda kepang dan dilengkapi unsur magis. Tarian ini digelar dengan iringan beberapa jenis alat gamelan seperti Saron, kendang dan gong.

6.      SENDRATARI RAMAYANA
Salah satu sendratari yang terkenal adalah sendratari Ramayana. Sendratari Ramayana mempunyai keistimewaaan tersendiri karena ceritanya mengisahkan antara tokoh yang baik (ditokohkan oleh Sri Rama) melawan tokoh jahat yang bernama Rahwana. Sendaratari Ramayana dipentaskan di Panggung Terbuka di Candi Prambanan.



VIII.            CERITA RAKYAT \ LAGENDA

      Rara Jonggrang

Rara Jonggrang (ejaan alternatif: Loro Jonggrang; Lara Jonggrang) adalah sebuah legenda atau cerita rakyat populer yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta di Indonesia. Cerita ini mengisahkan cinta seorang pangeran kepada seorang putri yang berakhir dengan dikutuknya sang putri akibat tipu muslihat yang dilakukannya. Dongeng ini juga menjelaskan asal mula yang ajaib dari Candi Sewu, Candi Prambanan, Keraton Ratu Baka, dan arca Dewi Durga yang ditemukan di dalam candi Prambanan. Rara Jonggrang artinya adalah "dara (gadis) langsing".
Konon di Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga, Kerajaan Pengging dan Kerajaan Baka. Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur, dipimpin oleh Prabu Damar Maya. Ia berputra Raden Bandung Bondowoso (Bandawasa) yang gagah perkasa dan sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raksasa pemakan manusia bernama Prabu Baka. Ia dibantu oleh seorang patih bernama Gupala. Meskipun berasal dari bangsa raksasa, Prabu Baka memiliki putri cantik bernama Rara Jonggrang.
Untuk memperluas kerajaan, Prabu Baka menyerukan perang kepada kerajaan Pengging. Pertempuran meletus di kerajaan Pengging. Akibatnya, banyak rakyat Pengging tewas, menderita kelaparan, dan kehilangan harta benda. Demi mengakhiri perang, Prabu Damar Maya mengirimkan putranya untuk menghadapi Prabu Baka. Berkat kesaktiannya, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Baka. Ketika Patih Gupala mendengar kabar kematian junjungannya, ia segera melarikan diri, kembali ke kerajaan Baka. Ketika sang patih tiba di Keraton Baka, ia segera melaporkan kabar kematian Prabu Baka kepada Putri Rara Jongrang. Sang putri pun meratapi kematian ayahnya.
Setelah kerajaan Baka jatuh ke dalam kekuasaan Pengging, Pangeran Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam Keraton Baka. Pada pertemuan pertamanya dengan Putri Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso langsung terpikat oleh kecantikan sang putri. Ia pun jatuh cinta dan melamar sang putri, tetapi lamarannya ditolak, karena sang putri tidak mau menikahi pembunuh ayahnya dan penjajah negaranya. Karena Bandung Bondowoso terus membujuk dan memaksa, akhirnya sang putri bersedia dipersunting, namun dengan dua syarat yang mustahil untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah pembuatan sumur yang dinamakan sumur Jalatunda. Syarat kedua adalah pembangunan seribu candi hanya dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso menyanggupi kedua syarat tersebut.
Sang pangeran berhasil menyelesaikan sumur Jalatunda berkat kesaktiannya. Setelah sumur selesai, Rara Jonggrang berusaha memperdaya sang pangeran agar bersedia turun ke dalam sumur dan memeriksanya. Setelah Bandung Bondowoso turun, sang putri memerintahkan Gupala untuk menutup dan menimbun sumur dengan batu. Akan tetapi, Bandung Bondowoso berhasil keluar dengan cara mendobrak timbunan batu berkat kesaktiannya. Bondowoso sempat marah, namun segera tenang karena kecantikan dan bujuk rayu sang putri.

Kutukan Rara Jonggrang


Untuk mewujudkan syarat kedua, sang pangeran memanggil makhluk halus, jin, setan, dan dedemit dari perut Bumi. Dengan bantuan makhluk halus ini, sang pangeran berhasil menyelesaikan 999 candi. Ketika Rara Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi sudah hampir rampung, sang putri berusaha menggagalkan tugas Bondowoso. Ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia juga memerintahkan agar gundukan jerami dibakar di sisi timur. Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit, para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke perut Bumi. Akibatnya, hanya 999 candi yang berhasil dibangun sehingga usaha Bandung Bondowoso gagal. Setelah mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Rara Jonggrang agar menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca terindah untuk menggenapi candi terakhir.
Menurut kisah ini, situs Ratu Baka di dekat Prambanan adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal sebagai Candi Sewu, dan arca Durga di ruang utara candi utama di Prambanan adalah perwujudan sang putri yang dikutuk menjadi batu dan tetap dikenang sebagai Lara Jonggrang yang berarti "gadis yang ramping".



Nyai Roro Kidul
Kanjeng Ratu  Roro Kidul atau sering dikenal sebagai Nyi Roro Kidul merupakan dewi dari dongeng Jawa terkenal sebagai Ratu Pantai Selatan, (Pelabuhan Ratu). Suatu ketika pada masa Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Pajajaran, ia memiliki seorang permaisuri cantik dan sejumlah 7 selir. Suatu ketika sang permaisuri melahirkan anak perempuan cantik pula, bahkan melebihi kecantikan ibundanya. Ia dinamai Putri Lara Kadita yang berarti Putri Nan Cantik Jelita.
Kebaikan hati dan kecantikan Putri Kadita menimbulkan rasa iri para selir yang takut tersisih dari hadapan Prabu Siliwangi.Mereka bersekongkol menghancurkan kehidupan Putri Lara Kadita dan ibunya. Keduanya diguna-guna hingga menderita sakit kulit yang parah di sekujur tubuhnya. Di bawah pengaruh guna-guna para selir, Prabu Siliwangi pun mengusir keduanya dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan.
Dalam kondisi ini, Putri Lara Kadita dan ibunya pergi tanpa tujuan. Diceritakan, sang permaisuri tewas dalam pengembaraan, sedangkan Putri Lara Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di sebuah bukit terjal di Pantai Karanghawu. Karena amat kelelahan, Putri Lara Kadita istirahat kemudian tertidur pulas. Dalam tidur ia bermimpi bertemu dengan “orang suci” yang memberi nasihat agar sang putri menyucikan diri dengan terjun ke laut untuk mendapatkan kesembuhan, mengembalikan kecantikannya, sekaligus memperoleh kekuatan gaib untuk membalaspenderitaan yang dia alami.
Ketika terbangun, tanpa ragu Putri Lara Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan tenggelam ke dasar Laut Selatan. Mimpinya pun menjadi kenyataan. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga memperoleh kekuatan gaib serta keabadian. Namun, sang putri harus tetap tinggal di Laut Selatan.Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul = selatan), atau sang Ratu Penguasa Laut Selatan.



      I.          SENJATA TRADISIONAL
Di Yogyakarta pun kerus merupakan senjata tradisional yang paling terkenal. Keris-keris itu diberi pula gelar-gelar kehormatan seperti "Kanjeng Kyai Kpek" dan sebagainya.
Selain keris terdapat pula tombak sebagai benda pusaka. Benda-benda itu sangat dihormati dan diberi gelar kehormatan. Antara lain "Kajeng Kyai Ageng Plered", Kanjeng Kyai Ageng Baru", "Kanjeng Kyai Gadapan" dan "Kanjeng Ageng Megatruh".
"Kyai Plered" mempunyai sejarah tersendiri, karena Untung Suropati berhasil menewaskan opsir Belanda Kapten Tack dengan menggunakan "Kyai Plered" Oleh karena itu, tombak ini dianggap keramat.

Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan Aji. Tosan artinya besi dan Aji artinya dihormati karena bertuah. Benda-benda ini biasanya dirawat baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat khusus. Pada saat-saat tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.


Kesimpulan :

Jenis kesenian di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari Jawa dan Bali yang terkenal misalnya, berisi aspek-aspek kebudayaan dan mitologi Hindu. Selain itu yang cukup terkenal di dunia adalah wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis. bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Solo, dan juga Pekalongan. Kebudayaan Yogyakarta mempunyai ciri khas yang berbeda dan membuat kita penasaran dengan hal-hal mistis yang ada di dalamnya. Bangunan-bangunan yang sangat mistis seperti Keraton membuat orang banyak penasaran apalagi dengan Pantai Parang Teritisnya.

Saran           :

Indonesia memiliki 33 provinsi dan yang baru saya paparkan hanyalah satu dari sekian banyaknya provinsi di indonesia. Hal ini membuktikan betapa kayanya kebudayaan di indonesia. Dari mulai segi pakaian tradisional hingga senjata tradisional masing masing daerah punya ciri khasnya sendiri.

Alangkah baiknya, para generasi muda untuk bisa melestarikannya. Tidak hanya sekedar mengetahui tetapi juga harus mempelajari. Jika generasi muda saat ini tidak mau melestarikannya, lalu siapa lagi?

Daftar Pustaka                      :




0 komentar:

Posting Komentar